Rabu, 07 Oktober 2009

asuhan keperawatan

Batasan

Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) . (Wirjoatmodjo, 1994: 49).

Patofisiologi

Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)

Pembagian Eklamsi

Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:

1. Eklamsi gravidarum

Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklamsi Parturientum

Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.

3. Eklamsi Puerperium

kejadian jarang sekitar 10% , terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.( Manuaba, 1998: 245)

Gejala Klinis Eklamsi

Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:

1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih

2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema,proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)

”Kejang-kejang atau koma”

Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:

a. Tingkat awal atau aura (invasi)

Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.

b. Stadium kejang tonik

Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.

c.Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.

d.Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)

”Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ”.

(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Pemeriksaan dan Diagnosis

Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:

1. Berdasarkan gejala klinis diatas

2. Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis

Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
Kardiologi
Optalmologi
Anestesiologi
Neonatologi dan lain-lain

(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:

1. Febrile convulsion ( panas +)

2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )

3. Tetanus ( kejang tonik atau kaku kuduk)

4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)

Komplikasi Serangan

Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:

1. Lidah tergigit

2. Terjadi perlukaan dan fraktur

3. Gangguan pernafasan

4. Perdarahan otak

5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan

( Muchtar Rustam, 1995:226)

Bahaya Eklamsi

1. Bahaya eklamsi pada ibu

Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.

2. Bahaya eklamsi pada janin

Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim.

( Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43)


Prognosa

Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:

1. Koma yang lama

2. Nadi diatas 120 per menit

3. Suhu diatas 39°C.

4. Tensi diatas 200 mmHg

5. Lebih dari sepuluh serangan

6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih

( M Dikman A, 1995: 45)

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.

1. Konsep pengobatan

Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.

2.Obat untuk anti kejang

MgSO4 ( Magnesium Sulfat)

Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.

Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.

Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.

Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.

Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.

Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar